Selasa, 27 Juli 2010

Menabung pangkal kaya??

Saya masih ingat sewaktu disekolah dulu saya sering diajarkan istilah menabung pangkal kaya. Dari sekelas SD saya selalu diajarkan untuk menabung. Di SMP dan SMA dilanjutkan dengan pelajaran penghematan yang ujung-ujungnya juga untuk menabung. Pada saat bekerjapun selalu dianjurkan untuk menabung. Tetapi apakah menabung pangkal kaya bisa benar-benar terjadi?

Mari kita lihat proses menabung yang paling sederhana. Sewatu kecil, saya diajarkan untuk menyisihkan sedikit dari uang jajan saya untuk dimasukan ke celengan. Kemudian saya diajarkan untuk menunggu sampai celengan saya penuh, sesudah itu celengannya dipecah dan saya bisa mengambil uang saya. Pada beberapa kesempatan, orang tua saya memotivasi saya untuk lebih menabung dengan cara menambahkan uang ke dalam tabungan apabila saya menabung (alias: dibantu ngisi celengan).

Saat bekerja, kita pada umumnya juga mengikuti alur cerita yang kurang lebih sama yaitu menyisihkan sebagian dari gaji yang disimpan di bank. Nanti ketika sudah 'cukup banyak', tabungan kita bisa kita ambil untuk keperluan lain. Salah satu perbedaan antara menabung ketika kita kecil dan ketika kita sudah bekerja adalah tabungan kita sekarang juga kita gunakan untuk keperluan darurat.

Sekarang kita coba lihat apa yang terjadi dengan 'celengan' kita. Tabungan kita sering kali dimulai dari nilai Rp. 0. Nilai ini akan terus tumbuh seiring frekuensi kita menabung. Sewaktu kecil umumnya celengan akan kembali ke nilai Rp. 0 pada saat celengan dibuka (dikuras habis), setelah itu celengan kembali diisi kembali secara bertahap. Pada tabungan kita sekarang umumnya tidak langsung dihabiskan pada saat pengambilan uang. Umumnya tabungan diambil sedikit, kemudian diisi lagi, diambil lagi, diisi lagi, dan seterusnya. Nilai rupiah di tabungan kita akan berfluktuasi (naik dan turun) sesuai dengan frekuensi dan jenis transaksi kita. Apabila kita lebih banyak menabung maka nilai tabungan kita akan terus bertambah, tetapi apabila kita lebih banyak mengambil maka nilai tabungan kita akan terus berkurang sampai titik Rp. 0. Mungkin kita sekarang berpikir bahwa tabungan kita tidak akan habis karena kita sekarang terus menabung, tetapi apakah kita pernah memikirkan bahwa pada suatu saat nanti kita pasti akan berhenti menghasilkan uang (pensiun) dan karena itu kesempatan kita menabung akan turun secara drastis? Kemampuan kita menghasilkan uang pasti berhenti di suatu titik tertentu, tetapi pengeluaran kita tidak akan berhenti sampai kita dikubur. Kesimpulannya: sebanyak apapun tabungan kita, pada suatu saat tabungan itu akan terus terkuras. Yang mencegah tabungan kita menjadi Rp. 0 adalah jumlah tabungan kita dan jumlah pengeluaran kita. Karena itu banyak orang yang menumpuk tabungan sebanyak-banyaknya dan berusaha mengecilkan pengeluaran sekecil-kecilnya.

Menabung sebanyak-banyaknya dan melakukan penghematan adalah cara yang baik dan sangat masuk akal. Tetapi bagi beberapa orang hal ini tidak mudah, mungkin karena pendapatan yang kecil atau pengeluaran wajib yang besar. Misalnya gaji seseorang sebesar Rp. 10 juta sebulan. Pengeluaran wajib yang dilakukan setiap bulan adalah KPR Rp. 3 juta, uang sekolah anak Rp. 500 ribu, KKB Rp. 2 juta. Sedangkan pengeluaran kebutuhan setiap bulan adalah belanja Rp. 3 juta. Maka total pengeluaran adalah: Rp. 3 juta + Rp. 500 ribu + Rp. 2 juta + Rp. 3 juta = Rp. 8,5 juta. Sehingga uang yang bisa dianggarkan untuk tujuan lain sebesar Rp. 1,5 juta. Bila ditambahkan dengan dana liburan seperti nonton bioskop, piknik, dll sebesar Rp. 500 ribu maka sisa uang yang dapat ditabung adalah sebesar Rp. 1 juta (yaitu 10% dari gaji). Secara kasar apabila dihitung tabungan akan meningkat sebesar Rp. 1 juta setiap bulan maka butuh waktu selama 9 bulan untuk mempunyai tabungan yang cukup untuk kehidupan selama satu bulan kedepan (dana darurat apabila kita tiba-tiba kehilangan sumber penghasilan kita).

Bagaimana dengan penambahan penghasilan seperti kenaikan gaji? Setiap kenaikan penghasilan pasti menambah potensi kita menabung, tetapi tidak selalu menaikan tabungan kita karena biasanya tambah penghasilan berarti tambah pengeluaran (gaya hidup yang juga ikut meningkat). Misalnya dulu kita tidak bisa membeli mobil karena pendapatan yang kecil. Ketika pendapatan kita yang meningkat maka kita memutuskan bahwa sudah saatnya kita membeli mobil. Kemudian pendapatan kita lebih meningkat lagi dan kita memutuskan untuk membeli rumah yang lebih besar.

Kalau begitu bagaimana bila kita menambah penghasilan sambil tetap mempertahankan gaya hidup kita? Ini adalah pilihan yang paling baik dalam menabung. Kecepatan pertumbuhan tabungan kita akan meningkat dan pengeluaran kita cenderung sama. Tetapi bagaimana bila kita tiba-tiba kehilangan sebagian atau seluruh penghasilan kita (contoh: PHK atau cacat/meninggal dunia)? Asuransi bisa menangani pertanyaan ini, tetapi fokus kita sekarang adalah bagaimana mempertahankan nilai tabungan untuk tidak sampai mendekati Rp. 0 atau kalau bisa justru bertambah tanpa perlu usaha kita.

Passive income
Mungkin banyak dari kita yang sering mendengar passive income. Untuk menyamakan persepsi, passive income yang kita maksud disini adalah pendapatan yang kita terima setiap hari/bulan/tahun tanpa perlu usaha kita. Disini lah kita membutuhkan sesuatu yang disebut dengan investasi.

Investasi dari permukaannya mirip dengan tabungan yaitu kita menyimpan sebagian dari pendapatan kita untuk digunakan dikemudian hari. Perbedaan terbesar dari investasi adalah investasi bertujuan mencari pertumbuhan, sedangkan tabungan bertujuan mencari jumlah. Investasi yang baik adalah apabila kita menapatkan pertumbuhan (atau bunga) yang tinggi, sedangkan tabungan yang baik adalah apabila nilai tabungan kita sudah tinggi.

Saat ini setiap produk tabungan akan mempunyai bunga, jadi apabila kita menabung di bank sudah pasti kita sebenarnya juga sudah berinvestasi (bila dilihat dari definisinya). Yang harus kita perhatikan sekarang adalah tingkat bunga dari tabungan, dan bukan banyaknya tabungan.

Return investasi (hasil bunga) yang optimal adalah apabila jumlah dari hasil bunga bisa menutupi seluruh pengeluaran kita. Contohnya, apabila setiap bulan total pengeluaran kita sebesar Rp. 5 juta, maka investasi kita juta menghasilkan bunga Rp. 5 juta setiap bulan. Dengan demikian investasi kita telah cukup memberi seluruh kebutuhan kita selama sebulan (alias hidup dari bunga). Bila hal ini terjadi maka walaupun kita tidak bekerja, kehidupan kita tetap terjamin karena investasi kita tetap memberikan kita penghasilan.

Hal lain yang perlu dilihat dari investasi adalah hasil bunga yang didapat harus terus bertumbuh setidaknya mengikuti angka inflasi. Karena itu investasi juga harus diawasi dan sering kali juga ditambah. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah faktor resiko investasi. Investasi dengan resiko tinggi umumnya mempunyai tingkat return yang lebih tinggi daripada investasi dengan resiko rendah.

Menentukan investasi yang tepat memang lebih sulit daripada menabung. Ketika menabung kita hanya perlu memperhatikan keamanan tabungan kita. Sedangkan di investasi kita setidaknya perlu memperhatikan juga tingkat bunga dan resiko. Sulitnya berinvestasi akan terbayar dengan kemantaban keuangan kita. Semakin kita berusaha berinvestasi maka semakin mapanlah kita karena pada akhirnya uanglah yang bekerja buat kita, bukan kita yang bekerja untuk mendapatkan uang.


Selamat berinvestasi :)
yustinus.soelistio@gmail.com


Bila anda membutuhkan bantuan atau saran dalam berinvestasi silahkan menghubungi saya di yustinus.soelistio@gmail.com

Hedging sederhana dalam investasi

Setiap dari kita yang melakukan investasi pasti menginginkan pertumbuhan modal dan hasil bunga yang tinggi. Semakin tinggi hasil yang kita dapat maka semakin baik investasi kita. Tetapi seperti di hal lainnya, resiko tidak dapat dihilangkan, walaupun sebagian dari resiko dapat dihindari. Pengertian sederhana dari hedging adalah upaya untuk mengurangi resiko berinvestasi dengan cara melakukan diversifikasi investasi.

Setiap rencana investasi yang dijalankan akan menghasilkan satu dari empat kemungkinan ini:
  1. Hasil investasi yang baik dan sesuai rencana.
  2. Hasil investasi yang baik tetapi tidak sesuai rencana (bisa lebih baik atau tidak sebaik seperti yang diharapkan).
  3. Hasil investasi yang buruk tetapi masih diperhitungkan di perencanaan.
  4. Hasil investasi yang lebih buruk daripada seperti yang ada di perencanaan.
Dari ke-4 rencana investasi diatas, hasil yang paing diharapkan adalah hasil yang baik dan sesuai rencana. Hasil investasi yang baik tetapi diluar rencana adalah kurang baik (walaupun hasil yang didapat lebih besar dari yang diharapkan), karena ini menandakan rencana yang kurang matang atau ada hal yang kurang diperhatikan/terlupakan. Rencana investasi yang baik adalah rencanya yang mencantumkan hasil yang diinginkan dan resiko yang ditanggung dari investasi tersebut. Tanpa kedua hal itu, sebuah rencana keuangan hanya berdasarkan dari keberuntungan atau tanpa tujuan.

Rencana investasi
Sebelum memilih instrumen investasi, kita sebaiknya menentukan dahulu seberapa besar hasil yang kita inginkan dan seberapa besar resiko yang dapat kita tanggung. Pada umumnya semakin besar hasil investasi yang kita inginkan maka semakin tinggi resiko yang harus kita tanggung. Tingkat resiko tidak selalu sebanding dengan tingkat hasil investasi. Ada investasi yang mempunyai tingkat resiko lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhannya, dan ada juga yang sebaliknya. Kita sebaiknya tidak mengambil investasi yang mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan. Kita sebaiknya mengambil investasi yang mempunyai tingkat resiko yang lebih rendah dari tingkat pertumbuhan dan tetap berusaha menurunkan tingkat resiko menjadi lebih rendah lagi.

Membatasi resiko tanpa membatasi hasil pertumbuhan investasi
Pembatasan resiko dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada prinsipnya resiko dibatasi dengan cara kita melakukan investasi di tempat lain yang mempunyai tingkat resiko yang lebih rendah (atau bahkan terbalik) dengan investasi utama kita. Cara yang akan dibahas disini adalah dengan melakukan sebaran investasi di instrumen investasi yang aman dan beresiko. Cara ini jauh lebih mudah dipelajari dan aman walaupun biasanya menghasilkan tingkat investasi yang lebih rendah daripada cara lain.

Investasi 'terproteksi'
Yang dimaksud dengan investasi 'terproteksi' disini adalah menggunakan instrumen dengan resiko rendah seperti deposito, obligasi dan reksa dana pendapatan tetap sebagai instrumen hedging. Investasi yang ingin kita kurangi resikonya dapat berupa valas, saham, atau reksa dana saham.

Untuk mengurangi resiko kita perlu memberikan ukuran hasil dan resiko. Hasil akan kita ukur sebagai nilai H, dan resiko akan kita ukur sebagai nilai R. H dan R dapat berupa persentase atau hasil dalam satuan rupiah dalam satu waktu. Contoh: H = 20%, R = 5% dalam 1 tahun, berarti kita mengharapkan hasil 20% dengan kemungkinan loss sebesar 5% dalam waktu 1 tahun kedepan.

Contoh kasus: kita berencana untuk meningkatkan nilai uang kita Rp. 100,000,000 menjadi Rp. 110,000,000 di tahun depan. Uang kita akan kita gunakan untuk dua hal: (1) melunasi cicilan rumah sebesar Rp. 95,000,000 dan (2) sisanya sebagai biaya liburan. Dengan dua target dan modal sebesar Rp. 100 juta, kita memilih reksa dana (RD) saham dengan pertumbuhan 20% dan 10% maksimum loss per-tahun, dan deposito dengan bunga bersih 5% per-tahun.

Modal Rp. 100 juta kita bagi menjadi dua: Rp. 50 juta dimasukan kedalam RD saham, dan Rp. 50 juta lainnya kita masukan ke deposito. Hasil terbaik dan terburuk dengan skenario diatas adalah:
  • Terbaik: Rp. 50 juta di RD saham mendapatkan bunga full 20% menjadi Rp. 60 juta + Rp. 50 juta di deposito menjadi 52,5 juta. Sehingga kita mendapat hasil Rp. 60 juta + Rp. 52,5 juta = Rp. 112,5 juta.
  • Terburuk: Rp. 50 juta di RD saham mengalami kerugian 10% menjadi Rp. 45 juta + Rp. 50 juta di deposito menjadi 52,5 juta. Sehingga hasil kita adalah Rp. 45 juta + Rp. 52,5 juta = 97,5 juta.
Dengan hasil yang terbaik, kita dapat memproyeksikan tujuan kita mencicil rumah terpenuhi dan mendapatkan dana untuk liburan sebesar Rp. 17,5 juta. Sebaliknya dengan hasil yang terburuk kita tetap dapat mencicil rumah dan tetap mendapatkan dana liburan sebesar Rp. 2,5 juta.

Bayangkan bila kita memasukan Rp. 100 juta ke RD saham tanpa hedging. Hasil terbaik yang bisa kita dapatkan adalah Rp. 120 juta. Tetapi kita dapat mengalami kerugian yang hanya menyisakan dana kita menjadi Rp. 90 juta. Dari sini kita dapat melihat bahwa dengan skenario tanpa hedging terbaik vs. skenario dengan hedging terburuk terjadi opportunity cost (perbedaan nilai dari yang seharusnya bisa didapatkan) sebesar Rp. 120 juta - Rp. 97,5 juta = Rp. 24,5 juta. Demikian pula dengan skenario tanpa hedging terburuk vs. dengan hedging terburuk kita mendapat Rp. 90 juta - Rp. 97,5 juta = - Rp. 7,5 juta. Walaupun skenario tanpa hedging menjanjikan kita keuntungan Rp. 24,5 juta lebih besar daripada skenario dengan hedging, skenario tanpa hedging juga menghadapkan kita dengan kemungkinan rugi sebesar Rp. 7,5 juta dibandingkan dengan skenario dengan hedging.

Perbedaan utama dari penggunaan hedging bukan hanya terletak pada nilai, melainkan pada tujuan yang dicapai. Dari contoh diatas terlihat bahwa rencana investasi dengan hedging, walaupun tidak bisa mencapai potensi hasil sebesar investasi tanpa hedging, pasti membawa kita ke tujuan kita yaitu membayar cicilan rumah dan liburan. Tetapi sebaliknya justru investasi tanpa hedging, walaupun berpotensi memperoleh hasil yang lebih besar dibandingkan dengan investasi dengan hedging, dapat menyebabkan rusaknya rencana kita yaitu: tidak dapat membayar full cicilan rumah dan tidak dapat liburan sama sekali.

Demikianlah mengapa kita perlu mempertimbangkan hedging pada rencana investasi kita. Terutama apabila pengetahuan kita mengenai investasi masih belum cukup dan/atau uang yang kita investasikan akan kita gunakan untuk sesuatu yang penting.

Selamat berinvestasi :)
Yustinus Eko Soelistio

Bila anda membutuhkan bantuan untuk berinvestasi dapat menghubungi saya di yustinus.soelistio@gmail.com

Arisan Sebagai Instrumen Investasi

Arisan pasti sudah sering didengar oleh kebanyakan orang Indonesia. Baik pria dan wanita dapat mengikuti arisan. Arisan dalam bentuk umumnya adalah tempat berkumpulnya beberapa individu guna bersosialisasi. Karena kegunaannya yang bersifat sosialisasi maka biasanya dibutuhkan biaya. Keperluan biaya biasanya diambil dari anggota arisan dalam bentuk iuran. Uang iuran ini nantinya akan digunakan untuk keperluan acara arisan berikutnya dan biasanya sisa dari uang iuran akan diberikan kepada setiap anggota secara bergiliran. Karena sisa dari uang iuran yang diberikan biasanya lebih besar dari uang iuran yang dibayarkan oleh seorang anggota arisan maka secara keuangan anggota yang mendapatkan sisa uang iuran (uang arisan) akan mendapat 'untung'. 'Keuntungan' ini dapat berbentuk tunai atau dalam bentuk barang.

Keuntungan yang cukup baik ini sering dijadikan alasan dalam mengikuti arisan. Tapi dari sisi keuangan, keuntungan ini sebenarnya merupakan kerugian. Karena walaupun hasil yang didapatkan dari uang arisan jauh lebih banyak daripada uang iuran per-pertemuan, dari sisi jumlah uang arisan yang didapat akan lebih sedikit daripada jumlah uang iuran yang dibayarkan per-siklus (1 siklus = seluruh anggota telah mendapatkan uang arisan sebanyak 1 kali sebelum anggota yang pertama mendapatkan uang arisan mendapatkan uang arisan lagi). Berikut contoh sederhana:

Iuran per-pertemuan
Jumlah anggota
Total uang iuran
Biaya acara arisan
Total uang arisan yang diberikan
100,0005
100,000 x 5 = 500,000
200,000 500,000 - 200,000 = 300,000
100,0005
100,000 x 5 = 500,000200,000 500,000 - 200,000 = 300,000
100,0005
100,000 x 5 = 500,000200,000 500,000 - 200,000 = 300,000
100,0005
100,000 x 5 = 500,000200,000 500,000 - 200,000 = 300,000
100,0005
100,000 x 5 = 500,000200,000
500,000 - 200,000 = 300,000
Total iuran yang dibayar=
100,000 x 5 = 500,000
Total uang arisan yang diberikan =
300,000

Dari tabel diatas terlihat bahwa seorang anggota A harus membayar sebesar 500,000 (100,000 x banyaknya anggota) per 1 siklus arisan, dan ia hanya mendapatkan satu kali uang arisan per siklus yaitu sebesar 300,000. Ini dikarenakan adanya biaya yang harus dikeluarkan pada setiap acara arisan. Banyak anggota arisan yang berusaha menurunkan biaya serendah-rendahnya agar dapat mendapatkan uang arisan yang sebesar-besarnya. Bila hal ini dilakukan, akan lebih banyak membawa kerugian daripada keuntungan karena sebesar-besanya uang arisan yang didapat tidak mungkin dapat melampaui total iuran yang dibayarkan per-siklus arisan. Sehingga bila dihitung secara matematis maka keuntungan maksimum yang didapat dari contoh tabel diatas adalah: 500,000 - 500,000 = 0. Sedangkan kerugian bila menurunkan biaya sampai serendah-rendahnya adalah akan menurunkan 'kualitas' dari acara arisan yang umumnya akan berdampak pada 'nama baik' anggota tersebut. Nama baik yang buruk tentu saja akan menghambat banyak hal termasuk kesempatan bisnis dengan anggota arisan yang lain :)

Jadi cara untuk mendapatkan 'keuntungan' dari arisan dengan cara menurunkan biaya teramat sangat tidak dianjurkan. Tetapi bukan berarti bahwa kita tidak dapat mendapatkan keuntungan secara finansial dari arisan. Keuntungan secara finansial dari acara arisan dapat diraih dengan menggabungkan arisan dengan instrumen investasi yang lain.

DUET ARISAN - REKSA DANA
Duet antara arisan dan reksa dana dapat membuat keuntungan di jangka panjang dan bahkan dibeberapa kasus dapat langsung mendatangkan keuntungan. Penjelasan mengenai reksa dana secara singkat dan sederhana adalah (reksa dana) merupakan sekumpulan dana yang dikumpulkan oleh penjual reksa dana yang nantinya dana tersebut akan diinvestasikan oleh manager reksa dana. Investasi yang dilakukan para manger reksa dana dilakukan ke instrumen investasi yang lain seperti valas, saham, obligasi dll. Jadi apabila kita membeli reksa dana itu berarti kita memberikan dana kita ke manager reksa dana untuk diinvestasikan lagi ke instrumen investasi yang lain. Kita bisa saja langsung menginvestasikan dana yang kita miliki itu ke valas / saham / obligasi, tetapi untuk pemula sebaiknya tidak melakukannya karena resiko yang dimiliki juga berbeda. Sebagai contoh valas dan saham adalah investasi yang mempunyai resiko tinggi, yang artinya dana yang kita masukan belum tentu berkembang, bahkan mungkin dapat langsung merugi. Di valas dan saham, kerugian sebesar 50% dapat dan cukup umum terjadi. Obligasi (dan juga deposito) adalah contoh investasi yang hampir tidak memiliki resiko, artinya dana yang kita masukan tidak akan mengalami kerugian. Tetapi keuntungan yang ditawarkan oleh obligasi dan deposito juga tidak sebesar valas / saham (contoh: deposito mendapat 6% per tahun, sedangkan saham mendapat 30% per tahun).

Reksa dana yang akan kita bahas disini adalah jenis reksa dana pasar uang karena sifatnya yang hampir tidak beresiko dan mendapatkan bunga yang lebih tinggi daripada deposito (plus tanpa pajak sampai tahun 2010 ini). Selain itu juga reksa dana pasar uang bersifat lebih liquid (mudah dicairkan kedalam bentuk tunai) daripada deposito dan obligasi. Reksa dana pasar uang (selanjutnya hanya akan disebut reksa dana guna penyederhanaan penulisan) mempunyai bunga sekitar 6% - 8% per tahun dan bunga ini dihitung per hari dari modal awal (jadi modal sebesar 200,000,000 dengan bunga 7% dapat mendapat hasil bunga sekitar 35,000 per hari dan yang bila dihitung per bulan dapat mencapai 1,100,000 setiap bulannya). Bunga di reksa dana ini juga dapat berubah setiap hari sehingga hasil bunga yang didapatkan juga dapat berubah setiap hari. Beberapa reksa dana akan langsung mencairkan hasil bunga ke dalam tabungan, sehingga bila mengambil contoh sebelumnya maka setiap bulan akan ada tambahan 1,100,000 di tabungan kita.

Bagaimana hubungannya dengan arisan? Uang arisan dapat dimasukan kedalam reksa dana untuk mendapatkan bunga yang bunganya nanti dapat digunakan untuk membayar biaya acara arisan. Dengan pertumbuhan modal reksa dana maka hasil bunga yang didapat akan semakin besar dan kemudian hasil bunga yang didapat akan melebihi biaya acara arisan dan pada akhirnya memberikan keuntungan real pada kita. Contoh perhitungan arisan sederhana dijelaskan dengan tabel dibawah ini (metode perhitungan di contoh ini tetap bisa digunakan dalam kasus arisan yang lebih kompleks). Dalam contoh ini acara arisan + pembayaran iuran dan pembagian uang arisan dilakukan per minggu:

Iuran arisan
Uang arisan
Modal reksa dana
Hasil bunga reksa dana (7% per tahun)
100,000300,000
300,000
437
100,000 -300,000
437
100,000 -300,000
437
100,000 -300,000
437
100,000 -300,000
437
Total iuran =
100,000 x 5 = 500,000
Total hasil bunga =
58 x 5 = 2,185

Dari contoh diatas terlihat hasil bunga yang didapat sangat kecil sekali yaitu 437 per minggu. Tetapi dengan adanya bunga, 'kerugian' kita akibat biaya acara arisan akan berkurang menjadi 500,000 (iuran) - 200,000 (biaya) - 2,185 (hasil bunga) = 297,815 dibandingkan dengan tanpa hasil bunga sebesar 500,000 (iuran) - 200,000 (biaya) = 300,000.

Contoh diatas adalah perhitungan pada siklus pertama arisan, berikut adalah contoh perhitungan pada siklus kedua dan ketiga di arisan yang sama (dalam perhitungan per siklus arisan):

Iuran arisan
Uang arisan
Modal reksa dana
Hasil bunga reksa dana (7% per tahun)
500,000300,000
300,000 + 300,000 = 600,000
4,375
500,000 300,000600,000 + 300,000 = 900,000
6,560

Tabel diatas menunjukan hasil bunga yang lebih besar daripada di siklus pertama arisan. Hasil bunga ini akan terus bertambah seiring bertambahnya siklus arisan (dalam contoh ini sekali setiap lima pertemuan arisan, hasil bunga akan bertambah karena pada saat itulah kita akan mendapatkan uang arisan yang dapat kita tambahkan ke modal reksa dana. Tujuan dari penambahan modal reksa dana adalah untuk mencapai hasil bunga reksa dana per-lima minggu = biaya acara arisan yaitu 200,000. Mengapa per-lima minggu? Ini karena asumsi jumlah anggota arisan adalah lima orang dengan acara yang dilakukan secara bergantian pada setiap minggu. Perhitungan akan berbeda apabila jumlah anggota dan jadwal acara berbeda dari contoh. Apabila hasil bunga mencapai 200,000 (seperti pada contoh) maka secara matematis kita dapat melakukan arisan tanpa biaya sama sekali. Dan bila hasil bunga melebihi 200,000, kita memperoleh keuntungan tanpa harus mengurangi biaya acara.

Bagaimana mencapainya? Bukankah dengan melihat contoh diatas, untuk mencapai 200,000 dibutuhkan waktu yang lama sekali? Tentu saja kita tidak perlu menunggu begitu lama apabila kita membantu modal reksa dana dengan tambahan modal. Perhitungan modal yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus sederhana berikut:

Bila biaya arisan sebesar 200,000 dibutuhkan dengan periode 5 minggu sekali, maka setiap minggunya dibutuhkan = 200,000 / 5 = 40,000
Maka dengan modal sebesar N dengan bunga 7% per-tahun, bila dibagi dalam 12 bulan dan kemudian dibagi lagi dalam 4 minggu maka didapat rumus:
(N x 7%) / 12 bulan / 4 minggu = 40,000
Dengan menggunakan rumus itu kita dapatkan N sebesar 27,428,572. Bila dibulatkan keatas menjadi 27,500,000. Jadi dengan tambahan modal 27,500,000 kita dapat langsung mendapatkan untung pada saat pertama kali kita mendapatkan uang arisan. Modal disini berbeda dengan modal dagang karena pada modal dagang umumnya modal kita akan 'hangus' pada saat tidak dijalankan karena dana modal kita sudah berubah menjadi barang. Tetapi modal disini dapat diambil sewaktu-waktu tanpa pengurangan nilai sama sekali. Bisa juga disimpulkan bahwa di arisan kita dapat memperoleh keuntungan tanpa modal sama sekali.

Dengan menggunakan perhitungan itu, contoh diatas dapat dikembangkan menjadi (contoh akan dikembangkan juga dengan perolehan uang arisan pada 'sesi pengocokan' ke-3; contoh sebelumnya selalu diasumsikan perolehan uang arisan pada 'sesi pengocokan' pertama):

Iuran arisan
Uang arisan
Modal reksa dana
Hasil bunga reksa dana (7% per tahun)
100,000
-
27,500,000
40,100
100,000-
40,100
100,000300,000
27,500,000 + 300,000 = 27,800,000
40,500
100,000-27,800,000
40,500
100,000-27,800,000
40,500
Total iuran =
500,000
Total hasil bunga =
201700

Dengan skenario seperti tabel diatas ini disimpulkan bahwa dengan iuran 500,000 yang kemudian mendapatkan uang arisan yang juga digunakan sebesar 200,000 untuk biaya acara arisan, masih didapatkan untung sebesar:
{ 500,000 (uang arisan tanpa dikurangi biaya acara arisan) - 200,000 (biaya acara arisan) + 201,700 (hasil bunga) } - 500,000 (iuran)
= 1,700

KESIMPULAN
Keuntungan 1,700 (seribu tujuh ratus rupiah) memang tidak banyak, tetapi keuntungan ini akan terus meningkat dengan seiringnya waktu (semakin sering kita menerima uang arisan, keuntungan juga semakin cepat meningkat). Bila mengikuti contoh, pada pemberian uang arisan berikutnya keuntungan yang kita dapat adalah Rp. 2,900. Masih tidak seberapa? Tidak apa-apa, karena keuntungan sebenarnya adalah kita dapat ber-arisan tanpa biaya sama sekali dan tanpa perlu mengurangi biaya arisan. Dan pada umumnya anggota arisan yang 'royal' ketika mengurus acara arisan akan terlihat lebih 'wah' dan biasanya lebih mudah untuk mengajak anggota lain berbisnis yang akan menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar. Bisa dikatakan juga, kita dapat memuluskan bisnis kita yang lain tanpa mengeluarkan biaya sama sekali (free marketing). Terlebih dengan iuran arisan yang lebih besar, modal reksa dana yang lebih besar, dan giliran mendapatkan uang arisan yang lebih dulu akan lebih meningkatkan keuntungan dari berarisan. Keuntungan ini dapat diambil atau dimasukan ke dalam biaya acara arisan yang kita selenggarakan berikutnya sehingga acara arisan yang kita selengarakan dapat lebih 'wah' dan pasti lebih memuluskan bisnis kita yang lain dengan para anggota arisan.

Selamat berarisan :)
yustinus.soelistio@gmail.com

P.S: bila anda membutuhkan bantuan untuk menghitung keuntungan arisan seperti di blog ini, silahkan menghubungi saya melalui email: yustinus.soelistio@gmail.com atau dengan menulis komentar di blog ini.

...MLM......... oh MLM

Multi Level Marketing sudah ada di Indonesia sejak belasan tahun yang lalu. Dari awal munculnya MLM sudah menuai banyak kontroversi, mulai dari agen yang mendapat komisi yang sangat besar sampai perusahaan MLM yang lari dan menipu seluruh agen-agennya. Dari sekian banyak kisah yang terjadi, sampai saat ini terdapat dua buah kubu yaitu yang mendukung MLM dan yang menolak MLM. Kubu yang mendukung MLM dapat terdiri dari agen MLM yang memang telah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh MLM, agen MLM yang masih berharap untuk mendapatkan apa yang dijanjikan MLM, dan 'calon agen' (orang awam atau prospektus) yang masih berminat untuk mengikuti MLM. Sedangkan kubu yang menolak MLM terdiri dari agen MLM yang telah dikecewakan, orang awam yang mengetahui 'kisah buruk' MLM, dan orang awam yang pesimis ketika mendengar janji-janji MLM yang begitu 'wah'.

Terlepas dari baik dan buruk kisah MLM,setiap MLM pasti berhubungan dengan bisnis yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Dan seperti bisnis yang lain, di MLM pasti terdapat produk yang ditawarkan. Produk-produk ini ditawarkan oleh agen-agen penjual mereka ke masyarakat luas agar terjadi kas masuk dan menjadi keuntungan. Keuntungan ini dibagi oleh perusahaan MLM kepada agen-agen mereka yang menjual dalam bentuk komisi dan/atau bonus. Komisi dan bonus inilah yang biasanya di dijanjikan oleh perusahaan MLM untuk memotivasi agennya dan merekrut agen baru.

PRODUK MLM
Produk yang di-klaim oleh perusahaan MLM mempunyai beragam bentuk, mulai dari keperluan rumah tangga, keperluan kesehatan, sampai keperluan liburan. Perusahaan MLM juga ada yang mempunyai lebih dari satu jenis produk yang ditawarkan. Dan bagi para agennya, tidak ada ikatan untuk hanya bekerja di satu perusahaan MLM. Karena itu setiap orang dapat menjadi beberapa agen MLM sehingga memperluas pasarnya karena dapat menjual berbagai jenis produk.

Dengan banyaknya produk yang dapat dijual para agen MLM, tetapi para agen MLM selalu berusaha merekrut agen baru. Apabila si agen ini dapat merekrut agen baru maka agen yang baru akan menjadi 'downline' agen tersebut. Agen yang telah berhasil merekrut agen baru akan mendapatkan komisi tambahan dan di beberapa MLM juga memberikan persentase komisi dari setiap penjualan yang dilakukan oleh si 'downline'. Karena besarnya potensi komisi yang didapat dari penambahan 'downline', banyak agen MLM yang justru berfokus pada merekrut 'downline' baru daripada menjual produk yang ditawarkan MLM.

NEGATIF DAN POSITIF MLM
MLM yang benar dijalankan akan menghasilkan sesuatu yang positif bagi agen dan pembeli produk. Asuransi sebagai contoh yang memberikan hasil positif (walaupun asuransi tidak dimasukan sebagai MLM, tetapi sistim komisi dan senioritasnya mirip seperti MLM). Asuransi yang dijual akan memberikan komisi kepada agennya dan memberikan proteksi finansial kepada pembelinya.

MLM yang tidak dijalankan dengan benar pasti hanya menghasilkan hal negatif bagi agen dan pembeli. Produk yang ditawarkan oleh MLM ini bisa jadi tidak bermamfaat sama sekali atau bermamfaat tetapi dijual terlalu mahal sehingga sebenarnya apabila dicari produk subtitusinya maka didapat mamfaat yang sama dengan harga yang lebih murah. Hal lain yang dapat membuat MLM menjadi negatif adalah cara agen memasarkan produknya yang merugikan pembeli. Cara agen yang buruk ini akan membuat citra MLM yang baik pun menjadi buruk. Seperti pada contoh agen asuransi yang banyak dikeluhkan karena terlalu 'konsisten' menawarkan produknya sehingga dirasa mengganggu.

AGEN MLM
Agen asuransi secara teguh dan bersemangat untuk memasarkan produknya pada umumnya dikarenakan oleh komisi penjualan asuransi yang besar. Agen-agen ini jarang menawarkan orang lain untuk menjadi 'downlinenya'. Hal ini berbanding terbalik dengan agen MLM yang umumnya justru secara teguh dan bersemangat untuk mencari orang untuk menjadi 'downlinenya' daripada memasarkan produk yang ditawarkan MLM. Kesimpulan general yang didapat dari kisah umum ini adalah setiap agen pasti akan menawarkan sesuatu yang paling banyak mendatangkan keuntungan bagi mereka. Sama seperti penjual baju atau makanan, mereka juga pasti akan menawarkan sesuatu yang paling menguntungkan mereka. Bila menjual celana lebih menguntungkan maka mereka akan menawarkan celana terlebih dahulu daripada baju, demikian juga mereka akan menawarkan makanan khas mereka terlebih dahulu daripada nasi putih.

Mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sangat wajar terjadi di dunia bisnis. Tetapi keuntungan yang didapat dengan cara yang salah justru akan mengurangi keuntungan di masa mendatang.

PRODUK MLM
Banyak orang mengeluhkan agen MLM yang terlalu naif dan 'kurang ajar' dalam memasarkan produk mereka. Mereka juga sering kali dianggap 'berbohong' karena pada awalnya mengatakan akan menjual sebuah produk tetapi pada akhirnya justru menawarkan orang lain untuk menjadi 'downline' mereka. Karena perlakukan 'dipaksa menjadi downline' ini, banyak orang yang merasa ditipu dan akhirnya menyalahkan MLM termasuk juga menyangsikan 'janji-janji' MLM. 'Janji-janji' ini juga sering di besar-besarkan oleh agen MLM dalam 'menjerat' orang lain sehingga ketika orang itu mau menjadi 'downlinenya' dan merasakan sendiri 'dunia' MLM, orang itu menjadi kecewa.

Setiap agen MLM harus sadar bahwa kisah-kisah kekecewaan pasti akan mempunyai efek negatif dan akhirnya akan merugikan diri mereka sendiri. Efeknya sudah amat sangat dapat dirasakan sekarang ini yaitu dalam bentuk sindiran dan komentar negatif terhadap MLM dan agen MLM sendiri. Agen MLM harus memperbaiki cara pemasaran mereka dari yang memaksakan menjadi bentuk yang lebih 'halus'.

Hal lain yang harus disadari oleh setiap agen MLM adalah mereka tidak dapat menawarkan produk mereka ke setiap orang. Mereka harus melihat pangsa pasar mereka dan tetap berada disana. Sebagai contoh: penjual mobil BMW akan membuka show room di tempat yang dihuni oleh penduduk dengan penghasilan menengah keatas. Mereka tidak akan menawarkan produk mereka ke kalangan yang mereka tau tidak akan tertarik/tidak mampu/tidak mau menggunakan produk mereka. Penjual rokok juga tidak akan memaksa menjual produk mereka ke orang yang tidak merokok. Karena bagaimanapun juga orang itu akan menolak dan apabila terus menerus dipaksa maka akan terjadi 'gosip2' tidak sedap terhadap penjual rokok seperti yang terjadi pada agen MLM sekarang ini.

Setiap MLM mempunyai minimum dua jenis produk, pertama adalah produk yang biasanya terdapat dalam brosur mereka, dan kedua adalah MLM itu sendiri. Apabila seorang agen MLM menawarkan orang lain untuk menjadi 'downlinenya', ia harus sadar bahwa ia sedang menawarkan 'produk gaya hidup/gaya bekerja MLM' kepada orang itu. Agen itu harus mengatakan hal itu dari awal dengan sebenar-benarnya dan sejujurnya karena adalah tugas bagi setiap penjual untuk menerangkan dengan sebaik-baiknya atas produk yang mereka jual.

SARAN BAGI SETIAP AGEN MLM
Tidak ada yang salah dengan berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari bisnis. Tetapi dalam mendapatkan keuntungan tersebut harus memperhitungkan efek dari cara pemasaran. Karena itu berikut adalah saran untuk agen MLM yang ingin menambah 'downline'nya:
  1. Jangan takut untuk mengakui bahwa anda menawarkan orang lain untuk menjadi agen MLM. Apabila memang perusahaan MLM yang anda ikuti adalah baik dan anda juga pernah mendapatkan komisi yang memuaskan maka tidak perlu takut dan malu mengatakan itu kepada 'prospek' anda.
  2. Hanya menawarkan orang lain untuk menjadi 'downline' anda ke orang-orang yang memang anda rasa tertarik dan mampu untuk mengikuti MLM. Menjadi agen MLM adalah bekerja keras oleh karena itu tidak semua orang bisa dan pantas untuk menjadi agen MLM.
  3. Jangan melebih-lebihkan hasil yang didapat dari MLM. Dan jangan lupa untuk mengatakan bahwa menjadi agen MLM adalah bekerja keras untuk mendapatkan hasil. Dengan ini anda tidak akan dituduh berbohong dan orang-orang juga tidak akan menjadi pesimis terhadap janji-janji MLM karena setiap orang akan merasa 'wajar' apabila anda mengatakan bahwa untuk mendapatkan janji-janti MLM itu mereka juga harus bekerja keras.
  4. Jangan memaksa apabila seseorang tidak mau untuk menjadi 'downline' anda. Ingatlah bahwa 'produk gaya hidup/gaya bekerja' yang ditawarkan oleh MLM adalah seperti produk penjualan yang lain. Bayangkan bagaimana rasanya kalau anda dikejar-kejar tukang bakso untuk membeli daganganya padahal anda tidak suka bakso.
  5. Beri target waktu untuk diri anda sendiri. Karena apabila dalam jangka waktu yang lama anda tetap tidak bisa meraih janji-janji MLM, maka anda cenderung untuk menambahkan kisah-kisah negatif MLM. Jangan lupa bahwa menjadi agen MLM sama seperti menjual produk yang lain yaitu dibutuhkan kerja keras dan waktu.
Saran bagi non-agen MLM: harap selalu diingat bahwa agen MLM adalah seorang sales yang menjual 'produk gaya hidup/gaya bekerja MLM'. Apabila anda tidak tertarik, cukup katakan dengan tegas bahwa anda tidak tertarik dan tidak mau memiliki 'gaya hidup/gaya bekerja MLM'. Dan untuk agen penjual produk yang lain.....coba diperiksa bagaimana sistim komisi di perusahaan anda, mungkin saja sistim komisi anda menyerupai MLM. Apabila demikian....munkin anda dapat 'mencontek' cara-cara agen MLM berdagang untuk menaikin penghasilan anda.

Selamat berjualan :)

yustinus.soelistio@gmail.com